Masgar, ST
TA-PP KOLTIM
Lambotua. Sebuah desa yang jauh meluruh di lembah-lembah
gugusan Pegunungan Mekongga Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara. Masih
terisolir, dan sangat susah diakses dengan kendaraan roda empat, kecuali motor.
Itu pun dalam kondisi kemarau.
Desa Lambotua dihuni sekitar 100 kepala keluarga, yang 99
persen adalah keluarga petani, utamanya untuk sektor perkebunan komoditi
ekspor. Mulai dari cengkeh, merica (lada), termasuk untuk tanaman musiman
seperti durian, langsat, rambutan, dan aneka sayur-sayuran.
Koordinator Propinsi P3MD-PID Sulawesi Tenggara, La Ode
Syahruddin Kaeba, menuturkan bahwa desa ini memang sangat luar biasa,
potensinya sangat besar, apalagi kalau dikembangkan peningkatan Prudes atau
Prukades.
“Makanya, kita mendorong untuk dijadikan desa binaan
khusus dalam rangka menjadi contoh pengembangan Prudes di Kabupaten Kolaka
Timur. Apalagi memang kehidupan warganya yang sangat mendukung, ramah, dan
sangat mengapresiasi dukungan dari pihak luar,” ujarnya.
Namun semuanya itu adalah hanya sekadar untuk dikonsumsi
sendiri, karena akses penjualan ke desa tetangga, apalagi untuk ibukota
kecamatan, masih sangat terasa susah, karena selama ini hanya akses jalan kaki,
sehingga sangat menyusahkan kalau harus memikul beban di pundak hasil produksi desanya
untuk di jual di ibukota kecamatan.
Subur, dan apa saja dapat tumbuh disini. Olehnya itu,
dengan menggunakan desa secra optimal, termasuk dalam anggaran DD tahun 2018
yang sebesar Rp 712,808 juta, maka warga sepakat untuk pembelian bibit merica
sebesar Rp 20 juta, disamping untuk pembangunan sarana vital bagi desanya.
Juga ada alokasi pada tahun ini sebesar Rp 13 juta untuk
anggaran pelatihan, utamanya pelatihan yang berkaitan dengan pengolahan hasil
Prudes agar lebih berkualitas dan bernilai jual mahal. Bahkan BUMDesnya juga
sudah mulai dianggarkan, yaitu penyertaan modal sebesar Rp 24 juta.
Warga setempat menyatakan bersyukur atas adanya program dana desa ini. "Terima kasih Pak Menteri Desa," seru warga. (*)