ASWAN BAHUTARA
Wartawan Majalah ProFiles
Ulurina. Berasal dari dua gabuangan dua bahasa, yakni bugis dan Tolaki. Ulu dalam bahasa Bugis berarti kepala, Rina dalam bahasa Tolaki berarti air. Jadi Ulurina adalah “Kepala Air”. Artinya, adalah sumber sungai, hulu sungai, yang merupakan sumber air baku dan percabangan sungai-sungai yang ada di kaki-kaki gunung dan pesisir.
Ulurina yang merupakan pecahan dari Desa Ulu Lapapao memiliki empat dusun, Yakni :
a. Dusun Kela
b. Dusun Mattirowalie
c. Dusun Watumbasi
d. Dusun Punangga
Dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 119, dengan 33 buah rumah, jumlah jiwa 449 orang. Dimana pekerjaan utama adalah berkebun, seperti kebun coklat, cengkeh, lada, rambutan, durian, pala, dengan disokong tanaman alami, yakni ekosistem Pohon Enau yang tumbuhu dengan suburnya di sela-sela tanaman komoditi lainnya.
Pada musim-musim tertentu, apalagi pasca musim panen cengkeh, coklat, lada, dan lainnya, maka warga memilih membuat gula aren sebagai pekerjaan sampingan. Sedikitnya 50 persen, atau 64 KK, yang mengandalkan penghasilan sehari-harinya dari gula aren, selain menunggu musim panen besar tiba. Tetapi terkadang, cengkeh tahun ini tidak terbuah lebat, sehingga petani tidak dapat mengandalkan cengkeh yang setiap dua tahun sekali berbuah lebat.
Dari 64 KK yang rutin membuat gula aren, maka rata-ratanya setiap orang dapat memproduksi sekitar 120 Kg gula setiap minggunya. Setiap 1 Kg gula dihargakan Rp 10.000. Berarti setiap minggunya setiap pengrajin mendapatkan keuntungan penjualan Rp 1,2 juta. Jika dikalikan setiap bulannya, dengan rata-rata 4 minggu, maka pengrajin memiliki penghasilan Rp 4,6 juta setiap bulannya.
Meski kemajuan kesejahteraan masyarakat Ulurina sudah mulai meningkat, tetapi masih mengalami kendala besar, utamanya system transportasi, karena hanya mampu menggunakan motor, itu pun motor pakai kopleng, apalagi jalan desa selama ini, termasuk yang menghubungkan dusun-dusun itu adalah jalan tanah, sehingga kalau pagi hari apalagi musim hujan, badan jalan ini tidak bisa dilewati.
Olehnya itu, warga Desa Ulurina sangat bersyukur dengan adanya Program Dana Desa ini, sebab dengan DD yang diterimanya setiap tahun sekitar Rp 700 juta lebih, maka lebih banyak diperuntukkan untuk pembangunan jalan beton, yaitu dua lajur, karena dengan model ini kendaraan baru bisa mendaki pada kemiringan 45 derajat. Jalan beton juga dapat menghindarkan ban motor dari licin sehingga tidak tergelincir yang beresiko terjun ke jurang.
Kades Ulurina memang berharap bahwa sampai tahun 2019, kemungkinan baru akan rampung pembangunan jalan beton yang tembus ke-empat dusun, termasuk dengan jalan yang menuju air terjun, turbin, atau pun pusat budidaya ikan air tawar yang sengaja dibuat di bantaran sungai.
Dengna potensi ini, maka Ulurina sudah bertekad untuk “Mandiri Energi”, karena dengan 3 turbin yang saat ini beroperasi secara baik, sudah mampu menyuplai penerangan bagi empat dusun secara full, siang malam.
Sejumlah KK juga sudah dapat menikmati siaran televisi, kulkas, dan sejumlah peralatan rumah tangga lainnya. Lambat laun, manajemen turbin, mikrohidro ini, akan dikelola dalam manajemen BUMDes.
Apalagi selama ini BUMDes juga sudah mengelola simpan pinjam, termasuk bagi petani yang kekurangan modal dalam pembuata gula aren. Khusus gula aren, karena siklus bisnisnya perminggu, atau harian.
Bisnis lain yang dikembangkan adalah penjualan BBM, bensin, dengan SPBU Mini, sehingga warga tidak perlu turun beberapa kilometer di desa-desa pesisir hanya sekadar untuk membeli BBM.
Langkah 2018 ini, BUMDes rencana akan investasi cicil Mobil Truk. Ini bertujuan untuk angkutan penumpang dan angkutan bahan bangunan dari Kota Kolaka ke Desa Ulurina, angkutan tanah, dan beragam aktivitas bisnis lainnya. Dengan permodalan BUMDes DD 2017 sebesar Rp 100 juta, akan digunakan sekitar Rp 50 juta untuk DP (uang muka) pembelian Mobil Truk. Namun semuanya akan dibicarakan melalui Musyawarah Warga di akhir Desember 2017 atau awal Januari 2017.
Wartawan Majalah ProFiles
Ulurina. Berasal dari dua gabuangan dua bahasa, yakni bugis dan Tolaki. Ulu dalam bahasa Bugis berarti kepala, Rina dalam bahasa Tolaki berarti air. Jadi Ulurina adalah “Kepala Air”. Artinya, adalah sumber sungai, hulu sungai, yang merupakan sumber air baku dan percabangan sungai-sungai yang ada di kaki-kaki gunung dan pesisir.
Ulurina yang merupakan pecahan dari Desa Ulu Lapapao memiliki empat dusun, Yakni :
a. Dusun Kela
b. Dusun Mattirowalie
c. Dusun Watumbasi
d. Dusun Punangga
Dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 119, dengan 33 buah rumah, jumlah jiwa 449 orang. Dimana pekerjaan utama adalah berkebun, seperti kebun coklat, cengkeh, lada, rambutan, durian, pala, dengan disokong tanaman alami, yakni ekosistem Pohon Enau yang tumbuhu dengan suburnya di sela-sela tanaman komoditi lainnya.
Pada musim-musim tertentu, apalagi pasca musim panen cengkeh, coklat, lada, dan lainnya, maka warga memilih membuat gula aren sebagai pekerjaan sampingan. Sedikitnya 50 persen, atau 64 KK, yang mengandalkan penghasilan sehari-harinya dari gula aren, selain menunggu musim panen besar tiba. Tetapi terkadang, cengkeh tahun ini tidak terbuah lebat, sehingga petani tidak dapat mengandalkan cengkeh yang setiap dua tahun sekali berbuah lebat.
Dari 64 KK yang rutin membuat gula aren, maka rata-ratanya setiap orang dapat memproduksi sekitar 120 Kg gula setiap minggunya. Setiap 1 Kg gula dihargakan Rp 10.000. Berarti setiap minggunya setiap pengrajin mendapatkan keuntungan penjualan Rp 1,2 juta. Jika dikalikan setiap bulannya, dengan rata-rata 4 minggu, maka pengrajin memiliki penghasilan Rp 4,6 juta setiap bulannya.
Meski kemajuan kesejahteraan masyarakat Ulurina sudah mulai meningkat, tetapi masih mengalami kendala besar, utamanya system transportasi, karena hanya mampu menggunakan motor, itu pun motor pakai kopleng, apalagi jalan desa selama ini, termasuk yang menghubungkan dusun-dusun itu adalah jalan tanah, sehingga kalau pagi hari apalagi musim hujan, badan jalan ini tidak bisa dilewati.
Olehnya itu, warga Desa Ulurina sangat bersyukur dengan adanya Program Dana Desa ini, sebab dengan DD yang diterimanya setiap tahun sekitar Rp 700 juta lebih, maka lebih banyak diperuntukkan untuk pembangunan jalan beton, yaitu dua lajur, karena dengan model ini kendaraan baru bisa mendaki pada kemiringan 45 derajat. Jalan beton juga dapat menghindarkan ban motor dari licin sehingga tidak tergelincir yang beresiko terjun ke jurang.
Kades Ulurina memang berharap bahwa sampai tahun 2019, kemungkinan baru akan rampung pembangunan jalan beton yang tembus ke-empat dusun, termasuk dengan jalan yang menuju air terjun, turbin, atau pun pusat budidaya ikan air tawar yang sengaja dibuat di bantaran sungai.
Dengna potensi ini, maka Ulurina sudah bertekad untuk “Mandiri Energi”, karena dengan 3 turbin yang saat ini beroperasi secara baik, sudah mampu menyuplai penerangan bagi empat dusun secara full, siang malam.
Sejumlah KK juga sudah dapat menikmati siaran televisi, kulkas, dan sejumlah peralatan rumah tangga lainnya. Lambat laun, manajemen turbin, mikrohidro ini, akan dikelola dalam manajemen BUMDes.
Apalagi selama ini BUMDes juga sudah mengelola simpan pinjam, termasuk bagi petani yang kekurangan modal dalam pembuata gula aren. Khusus gula aren, karena siklus bisnisnya perminggu, atau harian.
Bisnis lain yang dikembangkan adalah penjualan BBM, bensin, dengan SPBU Mini, sehingga warga tidak perlu turun beberapa kilometer di desa-desa pesisir hanya sekadar untuk membeli BBM.
Langkah 2018 ini, BUMDes rencana akan investasi cicil Mobil Truk. Ini bertujuan untuk angkutan penumpang dan angkutan bahan bangunan dari Kota Kolaka ke Desa Ulurina, angkutan tanah, dan beragam aktivitas bisnis lainnya. Dengan permodalan BUMDes DD 2017 sebesar Rp 100 juta, akan digunakan sekitar Rp 50 juta untuk DP (uang muka) pembelian Mobil Truk. Namun semuanya akan dibicarakan melalui Musyawarah Warga di akhir Desember 2017 atau awal Januari 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar