ProFiles

ProFiles

Kamis, 10 Oktober 2019

Membangun Indonesia dari Keluarga

Keluarga adalah social group di desa yang di dalamnya tumbuh nilai-nilai sosial yang menjadi dasar kehidupan masyarakat desa. Kesehatan sistem sosial salah satunya berpangkal pada kesehatan sebuah keluarga.  Ketepatan negara dalam memuliakan keluarga-keluarga yang dibangun oleh warga negaranya,  dengan demikian akan memengaruhi kualitas masyarakatnya dalam bernegara bangsa.

Karena itu,  dalam hal membangun keluarga, NU tidak main-main. Tradisi berkeluarga yang senantiasa ditanamkan oleh para Kiai NU bersumberkan pada ajaran kanjeng Nabi Muhammad. Soal adab misalnya dalam keluarga NU selalu dianjurkan tata krama saling menghormati antara anak pada orang tua, suami pada istri atau sebaliknya orang tua pada anak dan istri pada suami, sehingga di dalam keluarga tercipta keseimbangan relasional antarelemen pembangun keluarga. Tak terkecuali kesetaraan gender tentunya.

Kita tentu masih ingat potongan lagu kasidah karya Nasida Ria berikut:

Bila ada salah paham
Yang bisa membikin resah
Selalu diselesaikan
Dengan jalan musyawarah

Bila datang banyak rizki
Sekeluarga mensyukuri
Bila rizki tak seberapa
Dicukupkan seadanya

Rumahku itulah surgaku
Di dunia oh sungguh bahagia

Kandungan lagu ini seolah menjembatani, tepatnya berupaya menjelaskan harmoni tidaknya sebuah keluarga dipengaruhi oleh cara pandang elemen keluarga di dalamnya.  Dalam kaitan ini Hegel (1770-1831) berpendapat faktor pengaruh utama adalah dialektika ide. Hegel bilang setia ide (tesis) secara otomatis mengandaikan adanya pendapat yang berkebalikan (antitesis), lalu secara alamiah dan kreatif dari dialektika keduanya akal budi setiap elemen keluarga akan mencoba menyatukanya hingga tercipta sintesis yang akan meredakan dialektika ide tersebut.  Sementara Marx dan Engels (1845-1846/1965) berpendapat sebaliknya yaitu dipengaruhi oleh relasi produksi yang mentradisi dalam keluarga. Jika Hegel bilang dialektika ide,  Marx dan Engels menyebutnya dialektika material.  Artinya,  bahagia tidaknya sebuah keluarga akan dipengaruhi oleh relasi organisme di dalamnya dengan alat produksi dan hubungan produksi antarmereka. Bila yang dominan tradisi yang dibangun anak adalah buruh bagiborang tuanya,  istri adalah buruh bagi suaminya maka ketimpangan atau ketidaksetaraan akan tercipta dan memicu konflik keluarga.

Nah, lirik qasidah di atas syarat dengan pesan bagaimana pentingnya sikap yang mendamaikan atas dialektika ide maupun dialektika material yang mana keduanya sangat mungkin menjadi pemicu munculnya ketidakbahagiaan dalam keluarga. Jalan yang ditawarkan dalan lagu ini adalah musyawarah dan mencukupkan syukur nikmat yang Tuhan berikan kepada keluarga.

Inisiatif Kemendesa PDTT bersama LKKNU yang mengajak keluarga berpartisipasi dalam gerakan desa membangun adalah pilihan kebijakan yang menarik untuk dikaji dan diapresiasi.  Pertama Kemendesa PDTT melakukan perluasan tradisi baik yang menyejarah dari keluarga yaitu "syuro". Konsep syuro dibawa dari ranah privat ke publik. Kedua,    Kemendesa PDTT menggeser paradigma lama namun dominan menguasai langgam musyawarah desa dengan representasi warga sebagai individu bukan representasi keluarga. Padahal gambaran masalah sosial yang paling paripurna tercermin dalam persoalan di sebuah keluarga bukan di dalam individu seorang warga desa semata.

Dengan demikian musyawarah desa sebagai arena demokrasi politik dapat diminalisasi dari dominasi elite desa yang cenderung kurang memfungsikan potensi keluarga sebagai kelompok sosial terkecil di desa. Melainkan lebih mengutamakan dominasi kepentingan individu sebagai anggota masyarakat (community). Saat pelibatan utama dalam musyawarah desa lebih mengutamakan arus besar pemikiran dan kepentingan individu semata, maka sangat mungkin bias kemaslahatan publik. Tapi bila pelibatan musyarah desa diekstensi kepada pelibatan keluarga sebagai bagian dari sosial group,  maka deviasi kepentingan publik karena tereduksi menjadi kepentingan privat dapat diminimalisasi.

Presiden Joko Widodo
Anwar Sanusi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENU UTAMA

Koptan Rumput Laut Buton Tengah Deklarasikan Gus Imin Presiden 2024

LAKUDO – SC. Sebanyak 36 orang anggota Kelompok Tani Rumput Laut Desa Matawine Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah Sulawesi Tenggara me...