ProFiles

ProFiles

Minggu, 28 Juli 2019

Tambak Beras Riwayatmu Kini


Kali Tambak Beras yang sudah melewati puluhan masa kedinastian

Dalam lintas sejarah Kerajaan Majapahit tercatat peristiwa sejarah pemberontakan hasil operasi senyap adu domba yang dilakukan Halayuda kepada Ranggalawe agar ditumpas oleh penguasa Majapahit, Raden Wijaya. Alhasil, trik jahat Halayuda berhasil membuncahkan pemberontakan Ranggalawe melawan otoritas Majapahit. Singkat cerita, pemberontakan berhasil ditumpas dan Ranggalawe terbunuh. Lokasi terbunuhnya di sungai Tambak Beras. Sebagai catatan, Halayuda dan Ranggalawe ada dasarnya adalah generasi pertama orang-orang yang bersama Raden Wijaya babad alas hutan tarik hingga menjadi perkampungan yang pada akhirnya tumbuh besar menjadi kerajaan terbesar di Nusantara.

Sejarah diatas tampaknya tak lagi melekat erat dalam ruang ingatan kolektif masyarakat di daerah aliran sungai tersebut. Terlebih ketika sifat fisik sungai sudah berubah drastis karena derap pembangunan mulai dari kian sempitnya badan dan alur sungai, tumpukan sumpah yang membuat kotor sungai hingga mengeluarkan aroma tak sedap.

Dari generasi ke generasi, dari satu periode kepemimpimpinan ke periode kepemimpinan, tampak perhatian pemerintah dan segenap elemen masyarakat masih saja belum serius mengurus nasib sungai yang mengalir dari Jombang ke Ploso tersebut. Hingga kini sampah masih menjadi polutan utama yang merusak pemandangan indah sungai sampai dengan mengubur jejak sejarah tadi.

Komitmen Pemkab
Dalam sebuah agenda talkshow Bursa Inovasi Desa (BID), Bupati Jombang, Hj. Munjidah Wahab dalam lontaran gagasanya berpendapat sungai ada sumber kehidupan. Agar terjaga kelestariannya, salah satu alternatif tata kelolanya adalah dengan menjadikan sungai sebagai aset wisata. Bupati yang masih putri KH. Wahab Hasbullah ini bahkan mengingatkan bila kita membiarkan sungai rusak, maka ancaman seperti stunting bisa kian meninggi.


Konsepsi pengembangan wisata sungai tersebut perlu disambut, apalagi bagi masyarakat di desa. Namun untuk merealisasikanya, terlebih untuk sungai di kota, sungai Tambak Beras contohnya, maka dibutuhkan strategi dan pendekatan stakeholder yang tidak sederhana.

Mengapa demikian. Pertama pertalian kepentingan antarpihak yang kompleks. Kita tahu di ujung selatan sungai Tambak Beras terdapat pabrik gula Jombang yang selalu memuntahkan polutan cairnya ke sungai ini. Bertahun-tahun lamanya. Ini menandakan bahwa perusahaan ini tak berubah kesadaran humanitas ekologisnya.

Kedua, pemukiman penduduk dan pelaku ekonomi lain yang berada di sepanjang daerah aliran sungai yang masih belum berupa perilaku ekologisnya. Seperti haknya pabrik gula, mereka juga masih memiliki kebiasaan membuang sampah rumah tangga ke sungai. Ketiga, belum adanya kelembagaan sosial kemasyarakatan yang kuat menyuarakan kepentingan konservasi daerah aliran sungai (DAS). Terlebih lembaga yang tumbuh dari dalam komunitas di sekitar DAS. Keempat, belum optimalnya pelaksanaan peran dan fungsi Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) yang berkaitan sungai dan air (Dinas Pengairan dan Dinas Pertanian/LH).

Saat ini Jombang masih dinaungi musim kemarau. Saatnya melakukan aksi mitigatif agar dampak buruk sungai yang kotor tersebut dapat ditekan. Dalam hitungan jangka pendek, kiranya pemkab Jombang perlu segera menyiagakan pertama satuan tugas pembersih sungai, kedua, menggerakan desa dan masyarakat di sekitar DAS bergotong-royong mebersihkan lingkungan khususnya sungai dan saluran irigasi. Ketiga kampanye mitigasi pengurangan risiko bencana kekeringan dan ancaman penyakit ketika musim penghujan tiba nanti. Untuk perhitungan jangka panjang, maka aksi penyelamatan sungai perlu didedah melalui beberapa langkah opsional berikut. Pertama pemkab perlu melakukan kaji ulang tata kelola kebijakan air, sungai, pemukiman, perindustrian dan persampahan. Terlebih ketika derap industrialisasi dan pemukiman penduduk di Jombang kian rizomatik sehingga daerah sungai dan daerah tangkapan air lainnya semakin menyempit.

Maka ini menandakan bahwa ada missing dalam tata kelola kebijakannya. Kedua, mendorong tumbuhnya komunitas berbasis masyarakat sekitar aliran sungai yang kelak akan menjadi mitra pemerintah dalam menjaga fungsi ideal sungai. Ketiga, mendorong tanggung jawab sosial korporasi hingga membuat skema tata kelola DAS bersama lembaga korporasi, karema selama ini mereka memiliki sumbang sih terhadap rusaknya sungai, khususnya Sungai Tambak Beras. (borni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENU UTAMA

Koptan Rumput Laut Buton Tengah Deklarasikan Gus Imin Presiden 2024

LAKUDO – SC. Sebanyak 36 orang anggota Kelompok Tani Rumput Laut Desa Matawine Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah Sulawesi Tenggara me...