Kali Tambak Beras yang sudah melewati puluhan masa kedinastian
Dalam lintas sejarah Kerajaan Majapahit tercatat
peristiwa sejarah pemberontakan hasil operasi senyap adu domba yang dilakukan
Halayuda kepada Ranggalawe agar ditumpas oleh penguasa Majapahit, Raden Wijaya.
Alhasil, trik jahat Halayuda berhasil membuncahkan pemberontakan Ranggalawe
melawan otoritas Majapahit. Singkat cerita, pemberontakan berhasil ditumpas dan
Ranggalawe terbunuh. Lokasi terbunuhnya di sungai Tambak Beras. Sebagai
catatan, Halayuda dan Ranggalawe ada dasarnya adalah generasi pertama orang-orang
yang bersama Raden Wijaya babad alas hutan tarik hingga menjadi perkampungan
yang pada akhirnya tumbuh besar menjadi kerajaan terbesar di Nusantara.
Sejarah diatas tampaknya tak lagi melekat erat dalam
ruang ingatan kolektif masyarakat di daerah aliran sungai tersebut. Terlebih
ketika sifat fisik sungai sudah berubah drastis karena derap pembangunan mulai
dari kian sempitnya badan dan alur sungai, tumpukan sumpah yang membuat kotor
sungai hingga mengeluarkan aroma tak sedap.
Dari generasi ke generasi, dari satu periode
kepemimpimpinan ke periode kepemimpinan, tampak perhatian pemerintah dan
segenap elemen masyarakat masih saja belum serius mengurus nasib sungai yang
mengalir dari Jombang ke Ploso tersebut. Hingga kini sampah masih menjadi
polutan utama yang merusak pemandangan indah sungai sampai dengan mengubur
jejak sejarah tadi.
Komitmen Pemkab
Dalam sebuah agenda talkshow Bursa Inovasi Desa (BID),
Bupati Jombang, Hj. Munjidah Wahab dalam lontaran gagasanya berpendapat sungai
ada sumber kehidupan. Agar terjaga kelestariannya, salah satu alternatif tata
kelolanya adalah dengan menjadikan sungai sebagai aset wisata. Bupati yang
masih putri KH. Wahab Hasbullah ini bahkan mengingatkan bila kita membiarkan
sungai rusak, maka ancaman seperti stunting bisa kian meninggi.
Konsepsi pengembangan wisata sungai tersebut perlu
disambut, apalagi bagi masyarakat di desa. Namun untuk merealisasikanya,
terlebih untuk sungai di kota, sungai Tambak Beras contohnya, maka dibutuhkan
strategi dan pendekatan stakeholder yang tidak sederhana.
Mengapa demikian. Pertama pertalian kepentingan
antarpihak yang kompleks. Kita tahu di ujung selatan sungai Tambak Beras
terdapat pabrik gula Jombang yang selalu memuntahkan polutan cairnya ke sungai
ini. Bertahun-tahun lamanya. Ini menandakan bahwa perusahaan ini tak berubah
kesadaran humanitas ekologisnya.
Kedua, pemukiman penduduk dan pelaku ekonomi lain yang
berada di sepanjang daerah aliran sungai yang masih belum berupa perilaku
ekologisnya. Seperti haknya pabrik gula, mereka juga masih memiliki kebiasaan
membuang sampah rumah tangga ke sungai. Ketiga, belum adanya kelembagaan sosial
kemasyarakatan yang kuat menyuarakan kepentingan konservasi daerah aliran
sungai (DAS). Terlebih lembaga yang tumbuh dari dalam komunitas di sekitar DAS.
Keempat, belum optimalnya pelaksanaan peran dan fungsi Organisasi Pemerintah
Daerah (OPD) yang berkaitan sungai dan air (Dinas Pengairan dan Dinas
Pertanian/LH).
Saat ini Jombang masih dinaungi musim kemarau. Saatnya
melakukan aksi mitigatif agar dampak buruk sungai yang kotor tersebut dapat
ditekan. Dalam hitungan jangka pendek, kiranya pemkab Jombang perlu segera
menyiagakan pertama satuan tugas pembersih sungai, kedua, menggerakan desa dan
masyarakat di sekitar DAS bergotong-royong mebersihkan lingkungan khususnya
sungai dan saluran irigasi. Ketiga kampanye mitigasi pengurangan risiko bencana
kekeringan dan ancaman penyakit ketika musim penghujan tiba nanti. Untuk
perhitungan jangka panjang, maka aksi penyelamatan sungai perlu didedah melalui
beberapa langkah opsional berikut. Pertama pemkab perlu melakukan kaji ulang
tata kelola kebijakan air, sungai, pemukiman, perindustrian dan persampahan.
Terlebih ketika derap industrialisasi dan pemukiman penduduk di Jombang kian
rizomatik sehingga daerah sungai dan daerah tangkapan air lainnya semakin
menyempit.
Maka ini menandakan bahwa ada missing dalam tata kelola
kebijakannya. Kedua, mendorong tumbuhnya komunitas berbasis masyarakat sekitar
aliran sungai yang kelak akan menjadi mitra pemerintah dalam menjaga fungsi
ideal sungai. Ketiga, mendorong tanggung jawab sosial korporasi hingga membuat
skema tata kelola DAS bersama lembaga korporasi, karema selama ini mereka
memiliki sumbang sih terhadap rusaknya sungai, khususnya Sungai Tambak Beras.
(borni)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar