KENDARI - Tenaga Ahli Utama Pengembangan Inovasi BumDesa dan
Holding BumDesa KN-PID Kementerian Desa PDTT-RI, Susilawati SE.,MM.,
mengungkapkan bahwa program inovasi ini menjadi gagasan cerdas dalam mempercepat
pertumbuhan ekonomi lokal bagi masyarakat dan pembangunan infrastuktur inovasi
bagi desa-desa dengan menggunakan anggaran dana desa, maupun dari sumber
lainnya.
Susilawati bersama Kadis DPMD menyaksikan MoU TPID-Satker DPMD
Ia menilai bahwa kegiatan-kegiatan inovasi sudah banyak
direplikasi baik antar desa, maupun karena lintas daerah (kabupaten dan
propinsi). “Saya berharap bahwa replikasi hasil bursa tahun 2019 ke dalam
APBDes 2020 akan lebih baik, lebih banyak itemnya dan lebih berwarna inovasinya
karena kita sudah punya pengalaman dua tahun sebelumnya,” ungkapnya.
Ini semua berkat kerjasama yang epik antara tim pengelola
inovasi desa dan TIK yang memang mendapat support dan pengawalan dari pada
pendamping pada semua level.
“Meski nama PID ini sendiri akan berakhir 2019, tetapi
semua pihak yakin akan kerja-kerja lebih cemerlang pada 2020. Bisa saja nama
ini berakhir tetapi akan muncul nama baru dengan nafas yang sama tetapi lebih
variatif. Jadi tidak usah khawatir bagi teman-teman TPID,” ungkapnya.
Ia mengakui saat ini Kemendesa DPTT-RI atau P3MD-PID
memang sudah memiliki asset sosial desa, yaitu kelompok-kelompok sosial yang
dapat menjadi penggerak di desa, dan menjadi mesin utama dalam membantu
pemerintahan desa dalam menjalankan pembangunan. “CSO itu adalah TPID yang
sudah dimiliki oleh desa dan kecamatan,” lanjutnya.
Optimisme seorang Susi ini itu dapat dilihatk bahwa PID
2019 ini akan lebih baik karena
ditunjang oleh dua hal, yaitu bahwa BID (bursa inovasi desa) akan dilaksanakan
di masing-masing kecamatan atau pada sistem zona, yang berbeda dengan tahun
sebelumnya. Dimana tahun lalu BID itu dilaksanakan di masing-masing kabupaten. “Jadi
kali ini lain, BID sudah di kecamatan,” tegasnya.
Hal kedua adalah bahwa menu-menu BID itu lebih ‘merakyat’,
karena sudah menggunakan menu lokal. Menu lokal dalam pengertian itu dari
propinsi atau kabupaten. “Meski demikian, maka menu lokal itu harus sudah
melewati verifikasi, jadi bukan sembarang menu lokal,” cetusnya.
Susi mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada semua pihak,
utamanya para pelaku-pelaku invator yang selama ini telah bekerja dan berjuang
dalam memajukan inovasi desa. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar