Kadet Doni
TA-ID Kolaka Timur
Desa
ini sejak lama sudah dikenal sebagai kawasan atau pusat pengembangan
hortikultura, sejak dimana Dana Desa belum muncul di desa ini.
Seiring
dengan pemekarannya, maka lambat laun desa ini terus mengembangkan sejumlah
areal kawasan rawa-rawanya yang selama puluhan tahun tidak dapat berfungsi
efektif sebagai lahan pertanian lantaran selalu terendam lantara tanah yang
landai dan merupakan kawasan rawa.
Maka
sejak tahun lalu, melalui Dana Desanya, maka dibuatlah embung yang memanjang,
longstreet, embung jalan, yang memang sangat panjang, lebih dari 1 Km. Dimana
pada kedua sisi embung ini merupakan kawasan pertanian, yang terdiri atas petak-petakan
sawah.
Keberadaan
embung ini memang sangat efektif ;
- Untuk meredam genangan air, termasuk genangan banjir yang menghantam seluruh kawasan rawa-rawa, sehingga yang terkena dampaknya bukan hanya areal rawa, tetapi juga petakan sawah yang agak berada di ketinggian.
- Juga menyelamatkan ekosistem horitkultura dan padi ketika banjir tiba-tiba melanda sementara kondisi tanaman yang masih bunting atau belum panen, sehingga dapat berakibat pada puso.
- Adanya sumber-sumber air baku untuk irigasi, utamanya untuk kebutuhan hortikultura yang meskipun tidak banyak akan tetap terus dibutuhkan suplainya setiap hari dengan menggunakan mesin air yang mengalirkan air pada embung untuk areal horti yang berada di ketinggian. Pasokan air bagi horti memang setiap pagi dan sore, maka dengan bantuan mesin penyiram hasil dari Dana Desa, maka produksi horti selain volumenya semakin meningkat, jumlah musim tanam dapat dilipatgandakan dalam setiap tahunnya, apalagi masa panen horti hanya rata-rata 2 bulan atau lebih.
- Masih terdapat kendala pada badan embung, karena sudah mulai terjadi pendangkalan, baik oleh lumpur bawaan dari hulu sungai akibat banjir, maupun dari tanggul-tanggul yang secara perlahan runtuh. Untuk itu memang dibutuhkan tanggul beton.
Tak
jauh dari barisan embung, juga terdapat kawasan hortikultura yang luas,
kira-kira 2 hektar yang merupakan tanah asset desa. Tanah ini kemudian dikelola
oleh satu kelompok tani untuk berbagai tanaman horti, cabe, kol, kacang
panjang, tomat, dan lainnya.
Pasokan
airnya terlihat lebih lebih alami, karena adanya saluran kecil buatan yang
menghubungkan antara mata air yang ada di puncak bukit dengan lahan-lahan atau
bedeng-bedeng tanaman, sehingga pada setiap detiknya air tersebut membasahi
seluruh lorong-lorong
Apalagi
pada bagian agak jauh, yang masih susah terjangkau aliran ini, maka telah
disiapkan sebuah sumur gali yang tidak pernah kering airnya walau musim
kemarau.
Dengan
tofografi seperti ini, dengan daya dukung dua sumber air suplai yang memadai,
ditambah dengan beragam fasilitas, traktor, rumah pertemuan antaranggota
kelompok tani, maka kebun horti dari tanah desa ini telah memberikan nilai
ekonomi bagi petani-petani tersebut
Bahkan
pada setiap bulan, Bulan menanam, maka selalu bertambah jumlah anggota yang
membuka lahan-lahan perdu tersebut guna memperluas satu hamparan hortikultura
tersebut.
Selain
telah memberikan nilai ekonomi bagi petani setiap dua bulan atau lebih,
termasuk PAD desa, maka juga telah menjadi arena belajar dan pratek bagi petani
lain, bahkan telah dijadikan oleh Departemen Pertanian sebagai salah satu
contoh sukses pengembangan hortikultura di Sulawesi Tenggara.
Untuk
itu, Ketua Kelompok Taninya juga sudah bertekad selain mengembangkan
produktifitas dan luasan, juga akan menjadi kawasan ini sebagai lahan praktek
atau studi banding bagi petani-petani lainnya.
Kalau
di Jawa ada Cibodas, maka Sultra ada
Lalosingi, Sikola Petani Lalosingi
Begitu
juga rencana kepala desanya, utamanya untuk anggaran tahun mendatang, bahwa 90 persen
anggaran APBDesnya diperuntukkan untuk pengembangan kawasan hortikultura.
Karena
selama ini Desa Lalosingi, H.Yunus Syam, sudah mampu memasok hasil-hasil
panennya ke berbagai daerah, bahkan ada yang sampai di kapalkan ke Kalimantan,
utamanya Kalimantan Timur, Jawa dan Sulawesi lainnya, bahkan sudah ada yang
sampai ke Pangkalpinang.
Komoditi
yang memasuki pasar regional tersebut utamanya adalah cabe, tomat, bahkan untuk
brokoli sudah ditawar untuk Mall di Kota Kendari. Menurut Ketua Koptannya, kualitas
borokolinya lebih bagus, lebih segar dan lebih cepat sampai disbanding sayuran
serupa apabila didatangkan dari Jawa.
Selama
ini menurutnya yang menguasa pasar Mall di Sulawesi Tenggara, adalah buah dan
sayuran dari Jawa, padahal dari segi kualitas pihaknya merasa lebih baik.
Tinggal
yang mau diperbaiki ke depan menurutnya adalah sistem kemasan, selain lebih
menarik, lebih organic, higienis, juga harus tampil lebih cantic, sehingga
mall-mall dapat lebih menarik. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar