ProFiles

ProFiles

Kamis, 18 Oktober 2018

'SIKOLA PA'DARE" ; Pusat Horti di Sulawesi Tenggara


Kadet Doni
TA-ID Kolaka Timur


Desa ini sejak lama sudah dikenal sebagai kawasan atau pusat pengembangan hortikultura, sejak dimana Dana Desa belum muncul di desa ini.

Seiring dengan pemekarannya, maka lambat laun desa ini terus mengembangkan sejumlah areal kawasan rawa-rawanya yang selama puluhan tahun tidak dapat berfungsi efektif sebagai lahan pertanian lantaran selalu terendam lantara tanah yang landai dan merupakan kawasan rawa.

Maka sejak tahun lalu, melalui Dana Desanya, maka dibuatlah embung yang memanjang, longstreet, embung jalan, yang memang sangat panjang, lebih dari 1 Km. Dimana pada kedua sisi embung ini merupakan kawasan pertanian, yang terdiri atas petak-petakan sawah.

Keberadaan embung ini memang sangat efektif ;
  1. Untuk meredam genangan air, termasuk genangan banjir yang menghantam seluruh kawasan rawa-rawa, sehingga yang terkena dampaknya bukan hanya areal rawa, tetapi juga petakan sawah yang agak berada di ketinggian.
  2. Juga menyelamatkan ekosistem horitkultura dan padi ketika banjir tiba-tiba melanda sementara kondisi tanaman yang masih bunting atau belum panen, sehingga dapat berakibat pada puso.
  3. Adanya sumber-sumber air baku untuk irigasi, utamanya untuk kebutuhan hortikultura yang meskipun tidak banyak akan tetap terus dibutuhkan suplainya setiap hari dengan menggunakan mesin air yang mengalirkan air pada embung untuk areal horti yang berada di ketinggian. Pasokan air bagi horti memang setiap pagi dan sore, maka dengan bantuan mesin penyiram hasil dari Dana Desa, maka produksi horti selain volumenya semakin meningkat, jumlah musim tanam dapat dilipatgandakan dalam setiap tahunnya, apalagi masa panen horti hanya rata-rata 2 bulan atau lebih.
  4. Masih terdapat kendala pada badan embung, karena sudah mulai terjadi pendangkalan, baik oleh lumpur bawaan dari hulu sungai akibat banjir, maupun dari tanggul-tanggul yang secara perlahan runtuh. Untuk itu memang dibutuhkan tanggul beton.   
Sikola Petani
Tak jauh dari barisan embung, juga terdapat kawasan hortikultura yang luas, kira-kira 2 hektar yang merupakan tanah asset desa. Tanah ini kemudian dikelola oleh satu kelompok tani untuk berbagai tanaman horti, cabe, kol, kacang panjang, tomat, dan lainnya.

Pasokan airnya terlihat lebih lebih alami, karena adanya saluran kecil buatan yang menghubungkan antara mata air yang ada di puncak bukit dengan lahan-lahan atau bedeng-bedeng tanaman, sehingga pada setiap detiknya air tersebut membasahi seluruh lorong-lorong

Apalagi pada bagian agak jauh, yang masih susah terjangkau aliran ini, maka telah disiapkan sebuah sumur gali yang tidak pernah kering airnya walau musim kemarau.

Dengan tofografi seperti ini, dengan daya dukung dua sumber air suplai yang memadai, ditambah dengan beragam fasilitas, traktor, rumah pertemuan antaranggota kelompok tani, maka kebun horti dari tanah desa ini telah memberikan nilai ekonomi bagi petani-petani tersebut

Bahkan pada setiap bulan, Bulan menanam, maka selalu bertambah jumlah anggota yang membuka lahan-lahan perdu tersebut guna memperluas satu hamparan hortikultura tersebut.

Selain telah memberikan nilai ekonomi bagi petani setiap dua bulan atau lebih, termasuk PAD desa, maka juga telah menjadi arena belajar dan pratek bagi petani lain, bahkan telah dijadikan oleh Departemen Pertanian sebagai salah satu contoh sukses pengembangan hortikultura di Sulawesi Tenggara.

Untuk itu, Ketua Kelompok Taninya juga sudah bertekad selain mengembangkan produktifitas dan luasan, juga akan menjadi kawasan ini sebagai lahan praktek atau studi banding bagi petani-petani lainnya.

Kalau di Jawa ada Cibodas, maka Sultra ada Lalosingi, Sikola Petani Lalosingi

Begitu juga rencana kepala desanya, utamanya untuk anggaran tahun mendatang, bahwa 90 persen anggaran APBDesnya diperuntukkan untuk pengembangan kawasan hortikultura.

Karena selama ini Desa Lalosingi, H.Yunus Syam, sudah mampu memasok hasil-hasil panennya ke berbagai daerah, bahkan ada yang sampai di kapalkan ke Kalimantan, utamanya Kalimantan Timur, Jawa dan Sulawesi lainnya, bahkan sudah ada yang sampai ke Pangkalpinang. 

Komoditi yang memasuki pasar regional tersebut utamanya adalah cabe, tomat, bahkan untuk brokoli sudah ditawar untuk Mall di Kota Kendari. Menurut Ketua Koptannya, kualitas borokolinya lebih bagus, lebih segar dan lebih cepat sampai disbanding sayuran serupa apabila didatangkan dari Jawa.

Selama ini menurutnya yang menguasa pasar Mall di Sulawesi Tenggara, adalah buah dan sayuran dari Jawa, padahal dari segi kualitas pihaknya merasa lebih baik.

Tinggal yang mau diperbaiki ke depan menurutnya adalah sistem kemasan, selain lebih menarik, lebih organic, higienis, juga harus tampil lebih cantic, sehingga mall-mall dapat lebih menarik. (*)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENU UTAMA

Koptan Rumput Laut Buton Tengah Deklarasikan Gus Imin Presiden 2024

LAKUDO – SC. Sebanyak 36 orang anggota Kelompok Tani Rumput Laut Desa Matawine Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah Sulawesi Tenggara me...